NO SPOILER

JANGAN DIBACA NO SPOILER Dalam kegelapan yang kulum aku berandalan, Jejak masa lalu membebani hatiku yang tercabik, langkahku menari di lorong gelap, dan mulai mengikuti cahaya kecil diujung. aku, yang dulu tak terhenti dalam kesalahan, berusaha bangkit dari debu dosa yang menempel, melangkah jatuh melangkah jatuh melangkah jatuh, ku larut sedih mendalam,apakah aku hamba yang tak terampunkan !? tersirat pertanyaan yang menyakitkan. ku mulai Melangkah tertatih merangkak menuju sujud menyadari kesalahan adalah batu loncatanku. Tak lagi menari dalam hiruk-pikuk gelapnya jatuh,Namun melangkah bangkit dan bangkit dan terus bersujud. di sepertiga malam... disaat aku terdiam memandang layar genggaman, jangan putus asa dari rakhmatnya !!! ucap terdengar lantang dari sosok tokoh ulama, sentuhan tangan yang ku tak sengaja munculnya, apakah ini hidayah yang tak ternilai harganya, yang selama kini ku cari kembali pada-NYA!!!???

cerita kisah yang abadi

 cerita kisah nanda dan nita



Di sebuah desa kecil yang tenang, hiduplah dua jiwa muda yang saling terikat oleh benang takdir, Nita dan Nanda. Nita, seorang wanita yang penuh kelembutan, dan Nanda, seorang pria berjiwa petualang. Keduanya tumbuh bersama, melewati senyum dan tawa, menikmati kenangan indah diantara dedaunan hijau dan senja senyap.

Namun, kehidupan tidak selalu memberikan warna yang cerah. Suatu hari, desa mereka dilanda musikbah banjir besar yang merusak segalanya. Rumah-rumah hancur, tanaman layu, dan desa yang dulu indah kini tenggelam dalam kesedihan. Nita dan Nanda bersama-sama berjuang untuk bertahan, mengevakuasi warga, dan berbagi dukacita.

Pada malam yang dingin dan gelap, Nanda mendapati Nita sedang berjongkok di tepi sungai yang meluap. Wajahnya diterpa bayangan cemas. Nanda mendekat dan bertanya, "Nita, apa yang kamu pikirkan?"

Dengan mata berkaca-kaca, Nita menjawab, "Semua kenangan indah kita, Nanda, hanyalah sisa-sisa yang tenggelam bersama desa ini. Semua yang kita bina bagaikan sirna dalam air keruh ini."

Nanda meraih tangan Nita dengan penuh kelembutan, "Kenangan kita tak akan tenggelam, Nita. Meski desa ini hancur, kita masih memiliki satu sama lain. Kita bisa membangun kembali, menciptakan kenangan baru."

Namun, takdir memiliki rencana lain. Saat mereka berdua berjuang melawan musikbah, Nanda jatuh sakit. Demam yang tak datang reda menghantam tubuhnya yang lemah. Nita, yang selalu tegar, kini merasa putus asa. Hari demi hari, Nanda terbaring di tempat tidur, kehidupannya memudar seperti mentari yang tenggelam.

Suatu pagi, ketika matahari terbit, Nanda menatap Nita dengan senyum lembut. "Nita, aku tahu waktu ku tak lama lagi.Tetapi, jangan biarkan kesedihan membekukan hatimu. Tetaplah hidup dan teruslah berkarya. Aku akan selalu bersamamu, meski hanya dalam kenangan."

Air mata Nita tak bisa terbendung. Hati mereka terpisah oleh takdir, dan Nanda meninggalkan dunia ini dengan senyuman yang damai. Nita, yang kini harus meredakan kepedihan di hatinya, bersumpah untuk melanjutkan hidup dengan penuh semangat, mengenang cinta yang pernah mereka bagi.

Demikianlah, antara lain mendinginkan desa yang pernah indah, Nita menjalani hari-hari dengan kenangan cinta yang akan abadi. Meski sedihi, ia tahu bahwa Nanda akan selalu hidup dalam hatinya, menginspirasi setiap langkahnya menuju kehidupan yang baru.

Seiring waktu berlalu, Nita mencoba bangkit dari puing-puing kehidupan yang hancur. Ia terlibat dalam pembangunan kembali desa, membantu warga lain yang juga merasakan kehilangan. Setiap langkah yang diambilnya, setiap tawa yang dia sebarkan, merupakan bentuk penghormatan kepada Nanda.

Namun, kepedihan dalam hati Nita tidak pernah benar-benar hilang. Terkadang, di malam yang sunyi, ia duduk sendirian di bawah bintang-bintang, memandang langit dengan harapan. Meski Nanda telah pergi, kenangannya tetap hadir, seperti rindu yang tak pernah pudar.

Suatu hari, di tengah-tengah perjuangannya, Nita menemukan lembaran surat yang pernah ditulis oleh Nanda. Surat itu berisi kata-kata semangat dan harapan, meyakinkan Nita bahwa hidup harus terus berlanjut. “Ketika bunga-bunga kembali mekar di desa kita, bersinggungan bahwa aku akan selalu ada di sana bersamamu, meski tak terlihat.”

Surat itu memberi kekuatan baru bagi Nita. Ia mulai menemukan arti kebahagiaan dalam kegiatan sehari-hari, melanjutkan perjalanan yang mereka rencanakan bersama. Nita membuka usaha kecil di desa, memberdayakan perempuan-perempuan lokal untuk membuat kerajinan tangan dan menjualnya. Setiap hasil penjualan diperuntukkan bagi pembangunan desa yang baru.

Bunga-bunga pun kembali bermekaran, dan desa itu pulih dari pemeliharaannya. Nita, dengan mata penuh harapan, melihat ke sekitarnya dan merasakan kehadiran Nanda di setiap sudut desa yang hidup kembali. Ia tahu bahwa cinta mereka takkan pernah mati.

Seiring berjalannya waktu, Nita menjalani hidupnya dengan penuh makna. Meski perasaan kehilangan tetap meyakinkan di hatinya, ia memilih untuk mengenang Nanda dengan senyuman. Dalam setiap senyumannya, dalam setiap aksi kebaikan yang dilakukannya, Nanda hidup kembali. Kisah cinta mereka, meskipun penuh perpisahan, tetap menjadi satu kisah yang indah dan abadi.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

alfianita

kata kata buat nanda

Cerita Dongeng "Petualangan Nanda dan Nita di Negeri Awan"